Persoalan di lingkungan sosial dasarnya terjadi karena adanya ketidak harmonisan dan intoleransi antar warga sekitar. Kemudian, tawuran yang terjadi di kota Bima, Nusa Tenggara Timur yang diawali dengan permasalahan sepele, yaitu warga dari salah satu desa mengendarai motor dengan ugal-ugalan hingga pecahlah konflik antar dua desa. Sehingga hal itu mempertanyakan bahwa seperti apa cara penerapan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Terlepas dari permasalahan yang diatas, terdapat salah satu desa yang sangat menerapkan Pancasila sebagai pedoman hidup yang sangat pantas untuk di Indonesia. Yaitu Desa Nogosari, yang terletak di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Nogosari memiliki keberagaman latar belakang, namun hal tersebut tidak mempengaruhi semangat Pancasila yang menjadi pedoman hidup.
Terdapat beberapa penerapannya sesuai dengan sila Pancasila. Sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam sila ini, masyarakat memiliki keberagaman latar belakang dan keyakinan yang tidak mempertanyaan ataupun mempermasalahkan keyakinan yang orang lain anut. Sebagai contoh, adanya keterlibatan seluruh masyarakat desa Nogosari dalam pembangunan atau renovasi Masjid. Kemudian, membantu memotong daging qurban ketika perayaan hari Raya Idul Adha. Menurut Bobby, Pendeta desa Nogosari mengatakan bahwa perbedaan tidak perlu dipermasalahkan. Hal itu hanyalah cara menjalankan keyakinannya yang beda, tetapi secara keseluruhan manusia tetap satu.
Sila kedua, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Masyarakat di desa ini sering sekali melakukan kunjungan kerumah warga yang sedang sakit. Mereka tidak segan-segan untuk membantu warga yang sedang sakit. Selain itu, masyarakat desa Nogosari membantu proses pemakaman ketika ada warga yang meninggal dunia. Hal yang menarik adalah tidak adanya batasan-batasan terhadap peletakan mayat dalam latar belakang agama.
Sila ketiga, Persatuan Indonesia. Desa Nogosari sangat paham betul dalam menerjemahkan persatuan dan kerukunan dalam desa ini. Salah satu kegiatan yang rutin dilakukan adalah jalan sehat, senam, kemudian perlombaan antar perum. “Hal tersebut merupakan ekspresi dan sendi yang sudah lama dibangun didalam Desa Nogosari, yaitu adanya kerukunan dan persatuan.” Kata Pak Untoro (salah satu tokoh masyarakat)
Sila keempat, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah dan Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan. Pemilihan ketua RT di desa ini menggunakan sistem demokrasi, bahkan dalam pemilihan takmir masjid juga menggunakan sistem pencoblosan. Hal tersebut karena kerukunan dan persatuan yang sudah melekat didalam diri masyarakat.
Sila kelima, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Mas Koko, salah satu warga desa Nogosari mengatakan ada sebuah peristiwa yang dulu sempat menimpa mereka, sehingga mendapatkan bantuan yang berlimpah. Hal menarik yang terjadi adalah ketika warga ada yang sudah merasa tidak memerlukan bantuan (tetapi mereka mendapatkannya) warga tersebut akan memberikannya kembali kepada tetangga-tetangganya yang lebih membutuhkan. Karena jiwa sosial didalam diri warga sudah tertanam sejak dulu.
Pancasila merupakan suatu dasar yang dinamis, yang dapat menghimpun segenap bangsa dan dapat mempersatukan bangsa yang berdasarkan dari keanekaragaman latar belakang yang berbeda-beda. Sudah seharusnya Pancasila menjadi dasar negara Indonesia, yang menjadikan pedoman hidup bangsa Indonesia.